SAM DAN NEGERI PERI
Pada
hari ulang tahunnya yang kelima belas. Sam sama sekali tidak menduga jika dia
akan mengalami hal ajaib seperti ini. Saat ia terbangun dari tidurnya keesokan
harinya. Ia dikejutkan dengan kedatangan sebuah mahluk berukuran kecil yang
selama ini hanya ia baca di dalam buku fantasi yang dimilikinya.
Mahluk
itu berukuran sangat kecil dengan sepasang sayap berwarna perak yang berkilau
ketika mengepak-epak, menciptakan serbuk halus berwarna emas. Mahluk kecil itu
memakai baju yang sepertinya terbuat dari daun. Rambutnya yang pirang panjang
dibiarkan berkibar terkena angin.
Mahluk
kecil itu bernama Hera, dia adalah seorang Peri.
“Jangan
takut,” kata Peri Hera dengan suaranya yang merdu ketika Sam sangat terkejut
melihat keberadaan mahluk itu melayang-layang di hadapannya. “Aku bukan mahluk
jahat.”
“Siapa
kamu sebenarnya?” Sam bergetar ketakutan melihat mahluk itu kembali melayang
mengelilingi kepalanya. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
Mahluk
itu tersenyum, ia terus melayang mengelilingi tubuh Sam. “Seperti yang
kukatakan tadi manusia, aku adalah seorang peri. Namaku Hera.”
“Aku
tidak percaya,” bantah Sam melemparkan sebuah bantal ke arah mahluk kecil itu.
Dengan mudah peri itu menghindar. “Peri itu tidak ada, mereka hanya dongeng.”
“Jangan
membohongi diri sendiri, Sam.” Peri Hera kembali melayang ke arahnya dengan
lambat. “Aku tahu kamu sangat percaya bahwa Peri ada, sebab itulah sumber
kekuatan kami. Setiap satu anak-anak yang mempercayai bahwa peri itu ada, hal
itu akan menambah kekuatan kaum peri.”
Sam
terdiam mendengarnya. Jujur dalam hati ia memang mengakui kalau peri itu memang
benar-benar ada. Bukan hanya sebatas legenda.
“Apa
yang kamu lakukan di sini?”
Peri
Hera tersenyum ketika ia memahami bahwa Sam memang sudah percaya bahwa apa yang
ia lihat semua ini bukanlah sebatas imajinasi.
“Kami
membutuhkanmu Sam.” Peri Hera kini sudah berada di atas pundak Sam. “Kaum kami
membutuhkanmu untuk meredakan masalah yang terjadi di sana.”
“Apa
maksudmu?” tanya Sam tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Peri Hera.
“Membutuhkanku untuk apa?”
“Pangeran
Rio,” jawab Peri Hera suaranya merdu dan dalam. “Dia membutuhkanmu, dia diculik
oleh Peri jahat bernama Ali. Hanya kamulah satu-satunya harapan kami untuk
menyelamatkan pangeran Rio, Sam.”
“Kenapa
harus aku?” Sam masih tidak begitu percaya dengan apa yang ia dengar dari peri
Hera. “Aku hanya manusia biasa. Aku bukan peri seperti kalian.”
“Tersimpan
sebuah kekuatan mengangumkan di dalam tubuhmu Sam,” kata Peri Hera tersenyum.
“Begitu juga dengan ramalan yang ada di negeri kami. Ramalan itu mengatakan
bahwa pangeran Rio akan diselamatkan oleh seorang manusia yang berasal dari
Bumi, dan kami yakin jika manusia yang dimaksud ramalan itu adalah kamu, Sam.”
“Aku?”
Sam mendelik tidak percaya ke arah peri Hera yang kini melayang tepat di depan
wajahnya. “Tapi kenapa harus aku? Aku hanya mausia biasa, aku tidak istimewa.”
“Tidak
ada waktu untuk menjelaskan hal ini, Sam.” Peri Hera mengangkat tangan
mungilnya. Beberapa serbuk halus berwarna emas mengelilingi tubuh Sam hingga ia
merasa seringan kapas. Tubuh Sam perlahan-lahan melayang dari atas tempat
tidurnya. Terbang semakin tinggi dan tinggi.
“Apa
yang terjadi denganku?” tanya Sam ketika tubuhnya semakin tinggi meninggalkan
kamar tidurnya. Ini tidak benar. Jika tadi ketika ia terbangun, ia yakin bahwa
hari ini adalah pagi hari. Tapi ketika ia terbang keluar dari dalam kamar.
Langit telah berubah menjadi gelap dengan ratusan bintang-bintang yang
menghiasinya. Bulan purnama bersinar sangat terang.
“Kamu
mau membawaku ke mana?” tanya Sam ketika peri Hera terbang tepat di sebelahnya.
“Bukankah tadi pagi hari, tapi kenapa sekarang berubah menjadi malam hari?”
“Kamu
sedang memasuki dunia peri Sam,” peri Hera kembali tersenyum. “Perbedaan waktu
antara dunia manusia dan dunia peri bertolak belakang. Jika di dunia peri malam,
maka di duniamu sekarang pagi. Begitu juga sebalikinya. Ketika di dunia peri
pagi, maka bisa dipastikan jika di duniamu sedang malam hari.
Tubuh
ringan Sam terus terbang melewati hamparan langit yang terbentang tepat di
atasnya. Angin menampar-nampar wajahnya dengan lembut. Semakin lama Sam
terbang, ia semakin menikmati semua keajaiban ini, hingga akhirnya mereka telah
sampai di sebuah tempat yang sepertinya diselubungi gelembung berwarna merah
muda. Tubuh Sam terus melayang, ia menabrak selubung itu.
Sebuah
pemandangan menakjubkan terpampang jelas di hadapan Sam kertika ia mulai turun
dari atas. Kakinya akhirnya kembali berpijak di tanah berumput bersama peri Hera
yang kini sedang berjalan di sebelahnya.
“Bangaimana
menurutmu tempat ini, Sam?” tanya peri Hera memegang bahu Sam.
“Ini
menakjubkan,” kata Sam ketika mereka melewati beberapa rumah besar berbentuk
jamur yang menyala. “Kenapa rumah mereka besar-besar?”
“Bukan
rumah merka yang besar-besar Sam,” kata peri Hera lagi. “Tapi kamulah yang
mengecil.”
Sam
seolah baru tersadar dari tidur panjangnya mendengar ucapan Peri Hera. Ia baru
menyadari bahwa ia telah mengecil, sama persis seperti ukuran Hera ketika ia
datang ke kamarnya beberapa menit yang lalu. “Tapi bagaimana ini bisa terjadi?
Aku berubah jadi kecil. Oh aku pasti sudah gila.”
“Berhentilah
bersikap seperti anak anak, Sam.” Peri Hera terus berjalan melewat beberapa
rumah jamur dan sebuah gerbang melengkung yang membuka sendiri. “Nah kita sudah
sampai di depan istana.”
Sam
tercengang begitu melihat bangunan yang ada di hadapannya. Sebuah istana dengan
banyak menara-menara terpampang jelas di hadapannya.
“Ayo
pegang tanganku,” kata peri Hera mengulurkan tangannya ke arah Sam. “Kita akan
segera bertemu dengan Raja.”
Sam
mengangguk dan segera memegang tangan peri Hera. Mereka berdua mulai berjalan
memasuki istana. Sam tidak henti-hentinya merasa kagum dengan ornamen-ornamen
yang menghiasi istana megah ini.
Mereka
sudah sampai di depan pintu utama, ketika sepasang pengawal datang menghampiri
mereka. Peri Hera berbicara dengan kedua pengawal itu dengan bahasa yang tidak
dimengerti Sam. Tak berapa lama kemudian, akhirnya kedua pengawal itu membuka
pintu utama.
Sam
harus mengakui bahwa ia kembali terkejut dengan pemandangan yang ada di
hadapannya. Beberapa Peri dengan pakaian dan sayap berkilau berdiri dan
tersenyum menyambut kedatangan mereka. Seseorang lelaki tua berwajah cemerlang
menghampiri mereka.
“Selamat
datang kembali Hera,” katanya dengan suara merdu. “Kamu berhasil membawa
manusia yang telah diramalkan oleh negeri peri?”
Peri
Hera mengangguk. Dia berpaling ke arah Sam yang masih belum mengerti dengan
semua hal ajaib ini
“Siapa
namamu?” tanya lelaki itu berpaling ke arah Sam.
“Sam.”
Jawab Sam berusaha tersenyum. “Apa Anda raja di negeri ini?”
Lelaki
itu mengangguk. “Namaku Arthur.” Katanya memperkenalkan diri. “Ya, aku memang
raja di negeri peri ini. Kamu sudah tahu alasan kenapa kamu bisa berada di sini
Sam?”
Sam
mengangguk sebagai jawaban. “Peri Hera mengatakan bahwa aku adalah manusia yang
diramalkan untuk menyelamatkan pangeran Rio. Tapi aku sendiri tidak tahu siapa
itu pangeran Rio.”
“Dia
adalah anakku,” jawab Arthur suaranya berubah sedih. “Dia adalah putra mahkota
kerajaan ini. Dia yang akan mewarisi kerajaan ini.”
“Apa
itu benar, Hera?” tanya Sam berpaling ke arah peri Hera yang juga terlihat
sedih. “Jika pangeran Rio adalah pewaris kerajaan ini.”
Peri
Hera mengangguk sebagai jawaban. “Itu benar Sam. Pangeran Rio adalah pewaris
kerajaan ini. Dia yang ditunjuk sebagai pengganti Raja Arthur.”
“Lalu
apakah benar jika pangeran Rio diculik?”
Raja
Arthur mengangguk sebagai jawaban. “Peri Ali. Dialah yang telah menculik
pangeran Rio. Peri Ali berharap bahwa dialah yang seharusnya menjadi pewaris tahta
kerajaan peri ini. Bukan Pangeran Rio.”
“Siapa
sebenarnya Peri Ali itu? Kenapa dia begitu menginginkan kerajaan ini.
“Dia
adalah adikku,” jawab raja Arthur tampak terluka. “Dengan kata lain, jika Peri
Ali adalah Paman pangeran Rio.”
Sam
mengangguk paham mendengarnya. “Lalu, apa hubungannya semua ini denganku?”
tanya Sam lagi. “Aku dengar dari peri Hera bahwa ada ramalan bahwa aku yang
bisa menyelamatkan Pangeran Rio. Tapi aku sendiri tidak yakin. Aku hanya
manusia biasa.”
Raja
Arthur menggeleng mendengarnya. “Kamu bukan manusia biasa Sam. Namamu sudah
diramalkan bahkan sebelum kamu lahir.”
Sam
mengerutkan kening mendengar penjelasan Raja Arthur. “Apa maksudnya?”
Raja
Arthur tersenyum mendengarnya. “Hera, cepat kamu bawa ramalan itu ke sini. Dan
biarkan Sam mengetahui semuanya.”
Peri
Hera mengangguk. Dalam sekejab ia telah terbang dan melesat masuk ke dalam
sebuah ruangan yang ada di ujung istana ini. Tak berapa lama kemudian Peri Hera
telah kembali dengan membawa sebuah kotak beludru berwarna biru.
“Bukalah,”
kata raja Arthur begitu Peri Hera menunjukan kotak itu kepada Sam. “Kamu baca
apa yang tertulis di ramalan itu Hera.”
Peri
Hera mengangguk. Ia mulai membuka kotak biru itu. Dan begitu kotak biru itu
dibuka. Sam melihat sebuah benda berbentuk seperti bola kristal ada di dalam
kotak itu. Peri Hera segera mengangkat benda itu. Benda itu berkilau
menyilaukan, dengan ukiran-ukiran huruf-huruf yang tidak dimengerti Sam.
“Bacalah,”
kata Raja Arthur lagi. “Waktu kita tidak banyak, Hera.”
Hera
kembali mengangguk. Ia mulai membaca ramalan yang tertulis di bola kristal itu.
Peri
Hera membaca ramalan itu menggunakan bahasa peri yang tidak dimengerti Sam.
Setelah beberapa detik Peri Hera selesai membaca ramalan itu, tubuh Sam merasa
seperti tersedot ke dalam sebuah pusaran angin puyuh. Sam berteriak saat ia
merasa kakinya mulai meninggalkan istana itu. Ia merasa terjatuh ke dalam
sebuah lubang tanpa dasar.
Bunyi
debam menyadarkan Sam bahwa tubuhnya telah menghantam tanah. Ia meringis
kesakitan dengan peri Hera yang juga terjatuh di sebelahnya. Ia
mengibas-ngibaskan bajunya. Dan terkejut begitu ia melihat sebuah kastil besar
yang sangat mengerikan.
“Kita
di mana?” tanya Sam kepada Peri Hera yang tubuhnya berkilau di tengah
kegelapan.
“Kita
berada di tempat di mana Pangeran Rio disekap.” Jawab Peri Hera. “Ayo kita
harus cepat membebaskan Pangeran Rio sebelum semuanya terlambat.”
Sam
mengangguk mendengarnya. Mereka berdua mulai berjalan mengendap-endap memasuki
kastil gelap itu. Mereka terus memasuki jalan-jalan kastil yang menyerupai
lorong-lorong batu. Hingga akhirnya setelah beberapa menit mereka menyusuri
lorong gelap itu tanpa hambatan apa pun. Mereka akhirnya sampai di sebuah pintu
utama berukir sepasang ular bermata merah.
“Cepat
buka pintu itu Sam,” kata Peri Hera memperintahkan. “Aku tahu pintu itu menuju
tempat di mana Pengeran Rio disekap.”
Dengan
jantung memburu Sam membuka pintu itu. Dan begitu ia membuka pintu itu. Baik
Sam dan Hera tercekat begitu melihat apa yang ada di hadapannya.
Ratusan
pasukan bejubah gelap ada di hadapan mereka. Masing-masing dari mereka memegang
sebuah tombak yang sangat mengerikan. Sam dan peri hera mundur beberapa langkah
ketika pasukan-pasukan itu berjalan mendekat ke arah mereka dengan tombak
terarah kepadanya.
“Aku
sudah menduganya.” Sebuah suara congkak bergaung di tempat itu. “Aku sudah
menduganya jika kalian akan datang ke tempat ini.”
“Ali.”
Kata Peri Hera tubuhnya semakin berkilau. “Cepat bebaskan Pangeran Rio.”
Peri
Ali tertawa dingin. “Membebaskan pangeran payah itu,” cibirnya meludah di
lantai. “Itu tidak akan terjadi, Hera.”
Sam
yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya ikut angkat bicara. “Cepat serahkan
Pangeran Rio itu. Atau kami akan mengambil secara paksan dari kalian.”
Peri
Ali kembali tertawa mendengar ancaman Sam. “Inilah manusia yang telah
diramalkan oleh negeri peri?” katanya mencibir ke arah Sam. “Manusia payah
ini.”
Sebuah
kilatan berwarna merah langsung menghantam tubuh Peri Ali sebelum ia
menyelesaikan ucapannya. Hera. Dia mengangkat tangan kananya, dia lah yang
telah menyerang Peri Ali terlebih dulu.
“Baiklah
kalau kamu yang memulai Hera.” Peri Ali maju selangkah setelah ia terkena
serangan peri Hera.” Kalian berdua akan mati di sini.”
Peri
Ali memperintahkan kepada pasukannya untuk menyerang mereka. Sam yang terkejut
bukan kepalang segera siaga begitu beberapa pengawal itu menyerang dengan
tombak-tombak yang dibawanya. Sam mulai merasa kehangatan mengaliri tubuhnya.
Ia merasa tubuhnya sangat ringan. Entah dari mana datangnya kekuatan ini. Sam
dengan mudah menghindari serangan-serangan pengawal itu. Bahkan ia bisa
mengeluarkan sebuah kilatan dari kedua tangannya, dan menghantam pasukan itu
hingga mereka roboh.
Sementara
itu, Hera dan Peri Ali terus bertempur dengan sangat seru. Kilatan-kilatan
keluar dari tangan mereka dan menghancurkan bagunan ini. Reruntuhan menghujani
tubuh Sam yang masih terus menghindar dari serangan beberapa pengawal itu.
Tubuh
Peri Hera terlempar menghantam tembok begitu terkena serangan dari Peri Ali.
Peri Hera memekik mengerikan begitu Peri Ali terus menyarangnya.
“Hentikan.”
Seru Peri Ali mencekik Peri Hera yang terluka parah. “Hentikan pertempuran ini
manusia. Atau kamu akan melihat dia mati.”
Sam
berhenti bergerak. Matanya tertuju pada Peri Hera yang sekarang tergolek lemah
di tanah, entah pingsan atau mati.
“Bunuh
dia.” Kata peri Ali menyuruh kepada beberapa pasukannya. “Aku hanya membutuhkan
manusia ini.”
Sam
menjerit ngeri begitu tubuh peri Hera menggeliat kesakitan mendapat serangan
dari pengawal-pengawal kejam itu. Sementara Peri Ali hanya tertawa senang
melihat peri Hera yang sedang disiksa. Sam mulai merasa kemarahan menguasai
dirinya. Ia menggeram mengerikan, dengan kobaran api yang menyelimuti diriya.
Peri Ali bahkan sampai mundur melihat perubahan Sam.
Sam
meraung megerikan melihat tubuh peri Hera yang berdarah darah. Ia mengangkat
tangannya, dan dalam sekejap peluru api meluncur ke arah pengawal-pengawal yang
tadi menyiksa Peri Hera. Pengawal itu menggeliat kesakitan begitu tubuh mereka
dibakar. Hingga akhirnya berubah menjadi abu.
Peri
Ali tampak ketakutan menyadari situasi yang di luar perhitungannya ini. Ia
berlari mencoba menghindari serangan-serangan Sam. Namun gagal. Peri Ali
akhirnya terkena serangan itu. Tubuhnya terbakar, dan beberapa detik kemudian
ia telah berubah menjadi abu.
Peri
Hera kembali tersadar dan tersenyum ke arah Sam. Perlahan namun pasti, tubuh
peri Hera mendadak sembuh dengan sendirnya. Luka-luka di tubuhnya lenyap
sempurna.
“Kita
berhasil melakukannya,” kata peri Hera memeluk Sam. “Kamu memang manusia yang
luar biasa Sam.”
Sam
tersenyum mendengarnya. “Ayo kita cepat bebaskan pangeran Rio.”
Pengeran
Rio akhirnya bisa dibebaskan oleh mereka. Sam dan Peri Hera membawa kembali
Pangeran Rio ke istana. Raja Arthur sangat senang dan memberikan hadiah penghormatan
kepada peri Hera karena telah menyelamatkan Pengeran Rio.
“Apa
yang kamu inginkan manusia?” tanya Raja Arthur tersenyum berterima kasih kepada
Sam. “Apa pun akan kami berikan kepadamu sebagai ucapan terima kasih.”
“Aku
hanya ingin kembali ke duniaku,” jawab Sam parau. “Apa Anda bisa mengabulkan
itu?”
“Tentu.”
Jawab Raja Athur kembali tersenyum. “Tapi kalau suatu saat kamu ingin
berkunjung ke negeri ini lagi. Sebut saja nama Hera. Maka dia akan
menjemputmu.”
“Wah
itu pasti menyenangkan,” kata Sam tersenyum. “Suatu saat nanti aku pasti akan
kembali ke sini.” Begitu Sam mengucapkan kalimat itu. Sebuah cahaya menyilaukan
seolah menyedot tubuhnya, mengantarkan untuk kembali ke dunia manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar