Rabu, 22 Oktober 2014

Sam dan Negeri Peri



SAM DAN NEGERI PERI


Pada hari ulang tahunnya yang kelima belas. Sam sama sekali tidak menduga jika dia akan mengalami hal ajaib seperti ini. Saat ia terbangun dari tidurnya keesokan harinya. Ia dikejutkan dengan kedatangan sebuah mahluk berukuran kecil yang selama ini hanya ia baca di dalam buku fantasi yang dimilikinya.
Mahluk itu berukuran sangat kecil dengan sepasang sayap berwarna perak yang berkilau ketika mengepak-epak, menciptakan serbuk halus berwarna emas. Mahluk kecil itu memakai baju yang sepertinya terbuat dari daun. Rambutnya yang pirang panjang dibiarkan berkibar terkena angin.
Mahluk kecil itu bernama Hera, dia adalah seorang Peri.
“Jangan takut,” kata Peri Hera dengan suaranya yang merdu ketika Sam sangat terkejut melihat keberadaan mahluk itu melayang-layang di hadapannya. “Aku bukan mahluk jahat.”
“Siapa kamu sebenarnya?” Sam bergetar ketakutan melihat mahluk itu kembali melayang mengelilingi kepalanya. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
Mahluk itu tersenyum, ia terus melayang mengelilingi tubuh Sam. “Seperti yang kukatakan tadi manusia, aku adalah seorang peri. Namaku Hera.”
“Aku tidak percaya,” bantah Sam melemparkan sebuah bantal ke arah mahluk kecil itu. Dengan mudah peri itu menghindar. “Peri itu tidak ada, mereka hanya dongeng.”
“Jangan membohongi diri sendiri, Sam.” Peri Hera kembali melayang ke arahnya dengan lambat. “Aku tahu kamu sangat percaya bahwa Peri ada, sebab itulah sumber kekuatan kami. Setiap satu anak-anak yang mempercayai bahwa peri itu ada, hal itu akan menambah kekuatan kaum peri.”
Sam terdiam mendengarnya. Jujur dalam hati ia memang mengakui kalau peri itu memang benar-benar ada. Bukan hanya sebatas legenda.
“Apa yang kamu lakukan di sini?”
Peri Hera tersenyum ketika ia memahami bahwa Sam memang sudah percaya bahwa apa yang ia lihat semua ini bukanlah sebatas imajinasi.
“Kami membutuhkanmu Sam.” Peri Hera kini sudah berada di atas pundak Sam. “Kaum kami membutuhkanmu untuk meredakan masalah yang terjadi di sana.”
“Apa maksudmu?” tanya Sam tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Peri Hera. “Membutuhkanku untuk apa?”
“Pangeran Rio,” jawab Peri Hera suaranya merdu dan dalam. “Dia membutuhkanmu, dia diculik oleh Peri jahat bernama Ali. Hanya kamulah satu-satunya harapan kami untuk menyelamatkan pangeran Rio, Sam.”
“Kenapa harus aku?” Sam masih tidak begitu percaya dengan apa yang ia dengar dari peri Hera. “Aku hanya manusia biasa. Aku bukan peri seperti kalian.”
“Tersimpan sebuah kekuatan mengangumkan di dalam tubuhmu Sam,” kata Peri Hera tersenyum. “Begitu juga dengan ramalan yang ada di negeri kami. Ramalan itu mengatakan bahwa pangeran Rio akan diselamatkan oleh seorang manusia yang berasal dari Bumi, dan kami yakin jika manusia yang dimaksud ramalan itu adalah kamu, Sam.”
“Aku?” Sam mendelik tidak percaya ke arah peri Hera yang kini melayang tepat di depan wajahnya. “Tapi kenapa harus aku? Aku hanya mausia biasa, aku tidak istimewa.”
“Tidak ada waktu untuk menjelaskan hal ini, Sam.” Peri Hera mengangkat tangan mungilnya. Beberapa serbuk halus berwarna emas mengelilingi tubuh Sam hingga ia merasa seringan kapas. Tubuh Sam perlahan-lahan melayang dari atas tempat tidurnya. Terbang semakin tinggi dan tinggi.
“Apa yang terjadi denganku?” tanya Sam ketika tubuhnya semakin tinggi meninggalkan kamar tidurnya. Ini tidak benar. Jika tadi ketika ia terbangun, ia yakin bahwa hari ini adalah pagi hari. Tapi ketika ia terbang keluar dari dalam kamar. Langit telah berubah menjadi gelap dengan ratusan bintang-bintang yang menghiasinya. Bulan purnama bersinar sangat terang.
“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Sam ketika peri Hera terbang tepat di sebelahnya. “Bukankah tadi pagi hari, tapi kenapa sekarang berubah menjadi malam hari?”
“Kamu sedang memasuki dunia peri Sam,” peri Hera kembali tersenyum. “Perbedaan waktu antara dunia manusia dan dunia peri bertolak belakang. Jika di dunia peri malam, maka di duniamu sekarang pagi. Begitu juga sebalikinya. Ketika di dunia peri pagi, maka bisa dipastikan jika di duniamu sedang malam hari.
Tubuh ringan Sam terus terbang melewati hamparan langit yang terbentang tepat di atasnya. Angin menampar-nampar wajahnya dengan lembut. Semakin lama Sam terbang, ia semakin menikmati semua keajaiban ini, hingga akhirnya mereka telah sampai di sebuah tempat yang sepertinya diselubungi gelembung berwarna merah muda. Tubuh Sam terus melayang, ia menabrak selubung itu.
Sebuah pemandangan menakjubkan terpampang jelas di hadapan Sam kertika ia mulai turun dari atas. Kakinya akhirnya kembali berpijak di tanah berumput bersama peri Hera yang kini sedang berjalan di sebelahnya.
“Bangaimana menurutmu tempat ini, Sam?” tanya peri Hera memegang bahu Sam.
“Ini menakjubkan,” kata Sam ketika mereka melewati beberapa rumah besar berbentuk jamur yang menyala. “Kenapa rumah mereka besar-besar?”
“Bukan rumah merka yang besar-besar Sam,” kata peri Hera lagi. “Tapi kamulah yang mengecil.”
Sam seolah baru tersadar dari tidur panjangnya mendengar ucapan Peri Hera. Ia baru menyadari bahwa ia telah mengecil, sama persis seperti ukuran Hera ketika ia datang ke kamarnya beberapa menit yang lalu. “Tapi bagaimana ini bisa terjadi? Aku berubah jadi kecil. Oh aku pasti sudah gila.”
“Berhentilah bersikap seperti anak anak, Sam.” Peri Hera terus berjalan melewat beberapa rumah jamur dan sebuah gerbang melengkung yang membuka sendiri. “Nah kita sudah sampai di depan istana.”
Sam tercengang begitu melihat bangunan yang ada di hadapannya. Sebuah istana dengan banyak menara-menara terpampang jelas di hadapannya.
“Ayo pegang tanganku,” kata peri Hera mengulurkan tangannya ke arah Sam. “Kita akan segera bertemu dengan Raja.”
Sam mengangguk dan segera memegang tangan peri Hera. Mereka berdua mulai berjalan memasuki istana. Sam tidak henti-hentinya merasa kagum dengan ornamen-ornamen yang menghiasi istana megah ini.
Mereka sudah sampai di depan pintu utama, ketika sepasang pengawal datang menghampiri mereka. Peri Hera berbicara dengan kedua pengawal itu dengan bahasa yang tidak dimengerti Sam. Tak berapa lama kemudian, akhirnya kedua pengawal itu membuka pintu utama.
Sam harus mengakui bahwa ia kembali terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Beberapa Peri dengan pakaian dan sayap berkilau berdiri dan tersenyum menyambut kedatangan mereka. Seseorang lelaki tua berwajah cemerlang menghampiri mereka.
“Selamat datang kembali Hera,” katanya dengan suara merdu. “Kamu berhasil membawa manusia yang telah diramalkan oleh negeri peri?”
Peri Hera mengangguk. Dia berpaling ke arah Sam yang masih belum mengerti dengan semua hal ajaib ini
“Siapa namamu?” tanya lelaki itu berpaling ke arah Sam.
“Sam.” Jawab Sam berusaha tersenyum. “Apa Anda raja di negeri ini?”
Lelaki itu mengangguk. “Namaku Arthur.” Katanya memperkenalkan diri. “Ya, aku memang raja di negeri peri ini. Kamu sudah tahu alasan kenapa kamu bisa berada di sini Sam?”
Sam mengangguk sebagai jawaban. “Peri Hera mengatakan bahwa aku adalah manusia yang diramalkan untuk menyelamatkan pangeran Rio. Tapi aku sendiri tidak tahu siapa itu pangeran Rio.”
“Dia adalah anakku,” jawab Arthur suaranya berubah sedih. “Dia adalah putra mahkota kerajaan ini. Dia yang akan mewarisi kerajaan ini.”
“Apa itu benar, Hera?” tanya Sam berpaling ke arah peri Hera yang juga terlihat sedih. “Jika pangeran Rio adalah pewaris kerajaan ini.”
Peri Hera mengangguk sebagai jawaban. “Itu benar Sam. Pangeran Rio adalah pewaris kerajaan ini. Dia yang ditunjuk sebagai pengganti Raja Arthur.”
“Lalu apakah benar jika pangeran Rio diculik?”
Raja Arthur mengangguk sebagai jawaban. “Peri Ali. Dialah yang telah menculik pangeran Rio. Peri Ali berharap bahwa dialah yang seharusnya menjadi pewaris tahta kerajaan peri ini. Bukan Pangeran Rio.”
“Siapa sebenarnya Peri Ali itu? Kenapa dia begitu menginginkan kerajaan ini.
“Dia adalah adikku,” jawab raja Arthur tampak terluka. “Dengan kata lain, jika Peri Ali adalah Paman pangeran Rio.”
Sam mengangguk paham mendengarnya. “Lalu, apa hubungannya semua ini denganku?” tanya Sam lagi. “Aku dengar dari peri Hera bahwa ada ramalan bahwa aku yang bisa menyelamatkan Pangeran Rio. Tapi aku sendiri tidak yakin. Aku hanya manusia biasa.”
Raja Arthur menggeleng mendengarnya. “Kamu bukan manusia biasa Sam. Namamu sudah diramalkan bahkan sebelum kamu lahir.”
Sam mengerutkan kening mendengar penjelasan Raja Arthur. “Apa maksudnya?”
Raja Arthur tersenyum mendengarnya. “Hera, cepat kamu bawa ramalan itu ke sini. Dan biarkan Sam mengetahui semuanya.”
Peri Hera mengangguk. Dalam sekejab ia telah terbang dan melesat masuk ke dalam sebuah ruangan yang ada di ujung istana ini. Tak berapa lama kemudian Peri Hera telah kembali dengan membawa sebuah kotak beludru berwarna biru.
“Bukalah,” kata raja Arthur begitu Peri Hera menunjukan kotak itu kepada Sam. “Kamu baca apa yang tertulis di ramalan itu Hera.”
Peri Hera mengangguk. Ia mulai membuka kotak biru itu. Dan begitu kotak biru itu dibuka. Sam melihat sebuah benda berbentuk seperti bola kristal ada di dalam kotak itu. Peri Hera segera mengangkat benda itu. Benda itu berkilau menyilaukan, dengan ukiran-ukiran huruf-huruf yang tidak dimengerti Sam.
“Bacalah,” kata Raja Arthur lagi. “Waktu kita tidak banyak, Hera.”
Hera kembali mengangguk. Ia mulai membaca ramalan yang tertulis di bola kristal itu.
Peri Hera membaca ramalan itu menggunakan bahasa peri yang tidak dimengerti Sam. Setelah beberapa detik Peri Hera selesai membaca ramalan itu, tubuh Sam merasa seperti tersedot ke dalam sebuah pusaran angin puyuh. Sam berteriak saat ia merasa kakinya mulai meninggalkan istana itu. Ia merasa terjatuh ke dalam sebuah lubang tanpa dasar.
Bunyi debam menyadarkan Sam bahwa tubuhnya telah menghantam tanah. Ia meringis kesakitan dengan peri Hera yang juga terjatuh di sebelahnya. Ia mengibas-ngibaskan bajunya. Dan terkejut begitu ia melihat sebuah kastil besar yang sangat mengerikan.
“Kita di mana?” tanya Sam kepada Peri Hera yang tubuhnya berkilau di tengah kegelapan.
“Kita berada di tempat di mana Pangeran Rio disekap.” Jawab Peri Hera. “Ayo kita harus cepat membebaskan Pangeran Rio sebelum semuanya terlambat.”
Sam mengangguk mendengarnya. Mereka berdua mulai berjalan mengendap-endap memasuki kastil gelap itu. Mereka terus memasuki jalan-jalan kastil yang menyerupai lorong-lorong batu. Hingga akhirnya setelah beberapa menit mereka menyusuri lorong gelap itu tanpa hambatan apa pun. Mereka akhirnya sampai di sebuah pintu utama berukir sepasang ular bermata merah.
“Cepat buka pintu itu Sam,” kata Peri Hera memperintahkan. “Aku tahu pintu itu menuju tempat di mana Pengeran Rio disekap.”
Dengan jantung memburu Sam membuka pintu itu. Dan begitu ia membuka pintu itu. Baik Sam dan Hera tercekat begitu melihat apa yang ada di hadapannya.
Ratusan pasukan bejubah gelap ada di hadapan mereka. Masing-masing dari mereka memegang sebuah tombak yang sangat mengerikan. Sam dan peri hera mundur beberapa langkah ketika pasukan-pasukan itu berjalan mendekat ke arah mereka dengan tombak terarah kepadanya.
“Aku sudah menduganya.” Sebuah suara congkak bergaung di tempat itu. “Aku sudah menduganya jika kalian akan datang ke tempat ini.”
“Ali.” Kata Peri Hera tubuhnya semakin berkilau. “Cepat bebaskan Pangeran Rio.”
Peri Ali tertawa dingin. “Membebaskan pangeran payah itu,” cibirnya meludah di lantai. “Itu tidak akan terjadi, Hera.”
Sam yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya ikut angkat bicara. “Cepat serahkan Pangeran Rio itu. Atau kami akan mengambil secara paksan dari kalian.”
Peri Ali kembali tertawa mendengar ancaman Sam. “Inilah manusia yang telah diramalkan oleh negeri peri?” katanya mencibir ke arah Sam. “Manusia payah ini.”
Sebuah kilatan berwarna merah langsung menghantam tubuh Peri Ali sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Hera. Dia mengangkat tangan kananya, dia lah yang telah menyerang Peri Ali terlebih dulu.
“Baiklah kalau kamu yang memulai Hera.” Peri Ali maju selangkah setelah ia terkena serangan peri Hera.” Kalian berdua akan mati di sini.”
Peri Ali memperintahkan kepada pasukannya untuk menyerang mereka. Sam yang terkejut bukan kepalang segera siaga begitu beberapa pengawal itu menyerang dengan tombak-tombak yang dibawanya. Sam mulai merasa kehangatan mengaliri tubuhnya. Ia merasa tubuhnya sangat ringan. Entah dari mana datangnya kekuatan ini. Sam dengan mudah menghindari serangan-serangan pengawal itu. Bahkan ia bisa mengeluarkan sebuah kilatan dari kedua tangannya, dan menghantam pasukan itu hingga mereka roboh.
Sementara itu, Hera dan Peri Ali terus bertempur dengan sangat seru. Kilatan-kilatan keluar dari tangan mereka dan menghancurkan bagunan ini. Reruntuhan menghujani tubuh Sam yang masih terus menghindar dari serangan beberapa pengawal itu.
Tubuh Peri Hera terlempar menghantam tembok begitu terkena serangan dari Peri Ali. Peri Hera memekik mengerikan begitu Peri Ali terus menyarangnya.
“Hentikan.” Seru Peri Ali mencekik Peri Hera yang terluka parah. “Hentikan pertempuran ini manusia. Atau kamu akan melihat dia mati.”
Sam berhenti bergerak. Matanya tertuju pada Peri Hera yang sekarang tergolek lemah di tanah, entah pingsan atau mati.
“Bunuh dia.” Kata peri Ali menyuruh kepada beberapa pasukannya. “Aku hanya membutuhkan manusia ini.”
Sam menjerit ngeri begitu tubuh peri Hera menggeliat kesakitan mendapat serangan dari pengawal-pengawal kejam itu. Sementara Peri Ali hanya tertawa senang melihat peri Hera yang sedang disiksa. Sam mulai merasa kemarahan menguasai dirinya. Ia menggeram mengerikan, dengan kobaran api yang menyelimuti diriya. Peri Ali bahkan sampai mundur melihat perubahan Sam.
Sam meraung megerikan melihat tubuh peri Hera yang berdarah darah. Ia mengangkat tangannya, dan dalam sekejap peluru api meluncur ke arah pengawal-pengawal yang tadi menyiksa Peri Hera. Pengawal itu menggeliat kesakitan begitu tubuh mereka dibakar. Hingga akhirnya berubah menjadi abu.
Peri Ali tampak ketakutan menyadari situasi yang di luar perhitungannya ini. Ia berlari mencoba menghindari serangan-serangan Sam. Namun gagal. Peri Ali akhirnya terkena serangan itu. Tubuhnya terbakar, dan beberapa detik kemudian ia telah berubah menjadi abu.
Peri Hera kembali tersadar dan tersenyum ke arah Sam. Perlahan namun pasti, tubuh peri Hera mendadak sembuh dengan sendirnya. Luka-luka di tubuhnya lenyap sempurna.
“Kita berhasil melakukannya,” kata peri Hera memeluk Sam. “Kamu memang manusia yang luar biasa Sam.”
Sam tersenyum mendengarnya. “Ayo kita cepat bebaskan pangeran Rio.”
Pengeran Rio akhirnya bisa dibebaskan oleh mereka. Sam dan Peri Hera membawa kembali Pangeran Rio ke istana. Raja Arthur sangat senang dan memberikan hadiah penghormatan kepada peri Hera karena telah menyelamatkan Pengeran Rio.
“Apa yang kamu inginkan manusia?” tanya Raja Arthur tersenyum berterima kasih kepada Sam. “Apa pun akan kami berikan kepadamu sebagai ucapan terima kasih.”
“Aku hanya ingin kembali ke duniaku,” jawab Sam parau. “Apa Anda bisa mengabulkan itu?”
“Tentu.” Jawab Raja Athur kembali tersenyum. “Tapi kalau suatu saat kamu ingin berkunjung ke negeri ini lagi. Sebut saja nama Hera. Maka dia akan menjemputmu.”
“Wah itu pasti menyenangkan,” kata Sam tersenyum. “Suatu saat nanti aku pasti akan kembali ke sini.” Begitu Sam mengucapkan kalimat itu. Sebuah cahaya menyilaukan seolah menyedot tubuhnya, mengantarkan untuk kembali ke dunia manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar