Revieuw novel karena aku tak buta.. karya Redy Kuswanto
Dua hari selesai membaca novel ini mungkin rekor tercepat yang pernah aku lakukan. Bahkan novel favoritku si The Hunger Game, selesai dalam lima hari. Lalu kenapa novel setebal 300an lebih bisa kubabat habis dalam dua hari? Tentu saja bukan karena aku mengenal penulisnya, tapi karena memang novel Karena Aku tak Buta bisa dibilang bukan novel biasa.
Oke, salah sati contoh yang membuat novel ini bisa dibilang tidak biasa adalah karena tema yang diambil oleh penulis bukanlah hal yang biasa, bukan tentang lope-lopean yang tabrakan-jadian-putus-nang is-jadian lagi-bahagia. Nah tema yang diambil oleh penulis adalah tentang permainan tradisional.
Permainan Tradisional? Maksudnya? Mungkin ada yang bertanya-tanya apa maksudnya. Nah di sinilah aku mengakui kehebatan seorang Bang Redy Kuswanto meramu tema ini menjadi sebuah jalinan cerita yang bukan hanya indah dan mengalir enjoy, tapi memberikan sebuah pelajaran hidup. Bagaimana generasi sekarang seolah menutup mata dengan tradisi leluhur yang sejatinya mengandung sebuah falsafah yang agung dalam hidup (tumben aku bahasanya tinggi banget :3)
Salah satu falsafah yang bisa diambil dalam permainan tradisional adalah dengan adanya “hom pin pa alaihum gambreng.” Kata-kata itu bukan hanya sekadar sebuah keharusan dalam mengawali sebuah permainan, tapi mengandung sebuah makna yang sama sekali tidak pernah terpikirkan (kalo mau tahu apa maknanya, baca sendiri ya… hihihi :p)
Oke kembali ke reviuew, selainan tema yang unik dan gaya bercerita yang mengalir enjoy, cerita yang maju mundur seru, selalu menyisakan tanda tanya di setiap bab, aku sangat suka pembagian karakter dalam crita ini. Gendis, cewek mandiri yang sangat memikat dengan keserhanaannya, Zad cowok tak kenal kata menyerah yang mempunyai masa lalu yang urakan, serta Yod dan Rhean yang seolah saling melengkapi, plus Fey si kenes yang kadang membuatku ingin menjambak rambutnya karena sikapnya ya Arrrgggghhhh >_<
..
Oke itu beberapa kelebihan yang ada di novel ini. Kalau ada kelebihan, mesti ada kekurangannya loh ya, tapi versi saya.. heheh
Yang pertama, tentang beberapa flas-back dalam cerita yang terkadang membingungkan, penjelasan tentang beberapa hal yang terasa seperti membaca sebuah artikel. Tapi terlebih dari semua itu aku pribadi sangat suka cerita ini, apalagi setting di Jogja, Magelang, Merapi begitu terasa nyata…
So akhir kata, sebagai novel debut, Bang Redy telah berhasil membuat sesuatu yang beda dengan jalinan cerita berasa “Indonesia” yang benar-benar kuat. Aku kasih 4 bintang dari 5 bintang deh.. like emotikon
Dua hari selesai membaca novel ini mungkin rekor tercepat yang pernah aku lakukan. Bahkan novel favoritku si The Hunger Game, selesai dalam lima hari. Lalu kenapa novel setebal 300an lebih bisa kubabat habis dalam dua hari? Tentu saja bukan karena aku mengenal penulisnya, tapi karena memang novel Karena Aku tak Buta bisa dibilang bukan novel biasa.
Oke, salah sati contoh yang membuat novel ini bisa dibilang tidak biasa adalah karena tema yang diambil oleh penulis bukanlah hal yang biasa, bukan tentang lope-lopean yang tabrakan-jadian-putus-nang
Permainan Tradisional? Maksudnya? Mungkin ada yang bertanya-tanya apa maksudnya. Nah di sinilah aku mengakui kehebatan seorang Bang Redy Kuswanto meramu tema ini menjadi sebuah jalinan cerita yang bukan hanya indah dan mengalir enjoy, tapi memberikan sebuah pelajaran hidup. Bagaimana generasi sekarang seolah menutup mata dengan tradisi leluhur yang sejatinya mengandung sebuah falsafah yang agung dalam hidup (tumben aku bahasanya tinggi banget :3)
Salah satu falsafah yang bisa diambil dalam permainan tradisional adalah dengan adanya “hom pin pa alaihum gambreng.” Kata-kata itu bukan hanya sekadar sebuah keharusan dalam mengawali sebuah permainan, tapi mengandung sebuah makna yang sama sekali tidak pernah terpikirkan (kalo mau tahu apa maknanya, baca sendiri ya… hihihi :p)
Oke kembali ke reviuew, selainan tema yang unik dan gaya bercerita yang mengalir enjoy, cerita yang maju mundur seru, selalu menyisakan tanda tanya di setiap bab, aku sangat suka pembagian karakter dalam crita ini. Gendis, cewek mandiri yang sangat memikat dengan keserhanaannya, Zad cowok tak kenal kata menyerah yang mempunyai masa lalu yang urakan, serta Yod dan Rhean yang seolah saling melengkapi, plus Fey si kenes yang kadang membuatku ingin menjambak rambutnya karena sikapnya ya Arrrgggghhhh >_<
..
Oke itu beberapa kelebihan yang ada di novel ini. Kalau ada kelebihan, mesti ada kekurangannya loh ya, tapi versi saya.. heheh
Yang pertama, tentang beberapa flas-back dalam cerita yang terkadang membingungkan, penjelasan tentang beberapa hal yang terasa seperti membaca sebuah artikel. Tapi terlebih dari semua itu aku pribadi sangat suka cerita ini, apalagi setting di Jogja, Magelang, Merapi begitu terasa nyata…
So akhir kata, sebagai novel debut, Bang Redy telah berhasil membuat sesuatu yang beda dengan jalinan cerita berasa “Indonesia” yang benar-benar kuat. Aku kasih 4 bintang dari 5 bintang deh.. like emotikon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar