Kamis, 07 April 2016

CERPEN "ALIEN YANG MERENGGUT IBUKU." DIMUAT DI KORAN PANTURA EDISI SELASA 5 APRIL 2016









Alien Yang Merenggut Ibuku
RAGIEL JP


Aku merindukan ibu yang dulu, ibu yang selalu bersikap lembut terhadapku, ibu yang tidak pernah memukul ketika aku berbuat salah. Ibu yang selalu sabar ketika aku mengacuhkannya. Aku merindukan ibu sebelum alien merenggutnya dariku. Meninggalkan tubuh ibu yang kosong seolah disusupi sosok lain. Dia ibuku, dengan wajah yang sama, dengan postur tubuh yang sama, tapi terlebih dari itu, semuanya berbeda, alien telah mengubah ibuku.
Kebiasaan ibu yang dulu hampir selalu dilakukan kini hanya tinggal cerita, ibu yang kini tidak pernah ingat tanggal ulang tahunku, padahal dulu, ibu paling semangat jika hari ulang tahunku tiba. Ibu selalu memberikan apa pun yang aku mau. Tapi kini, sejak alien itu mengubah ibuku, tidak ada lagi yang namanya perayaan ulang tahun.
Alien itu mengubah ibu sejak satu tahun yang lalu. Ketika adik perempuanku meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itulah ibu berubah menjadi pendiam. Tidak melakukan apa pun. Tidak makan, tidak minum, ibu sangat kehilangan, sama seperti aku yang juga merasa sangat kehilangan seorang adik perempuan.
“Pasti Bibi yang mengambil uangku kan?!” terdengar sebuah suara keras dari arah dapur. “Ngaku saja, pasti Bibi yang mengambilnya.”
“Sumpah demi Allah bukan saya, Nyonya,” jawab Bi Tun, pembantu kami. “Saya tidak mencuri uang Nyonya.”
“Ngaku saja!” Ibu kembali menggebrak mejanya. “Tadi aku naruh uang di atas mesin cuci ini, tapi sekarang sudah tidak ada.”
Aku menghela napas mendengarnya, batinku selalu terasa perih jika alien itu kembali mengubah ibu. Aku tahu bahwa di rumah ini kami tidak mempunyai mesin cuci. Alien itu membuat ibu mengira bahwa kulkas adalah mesin cuci.
“Aku yang memindahkan uang itu, Bu,” kataku menyentuh bahu ibu. “Bi Tun tidak mencuri.”
Ibu hanya memincingkan mata mendengarnya, masih tidak begitu percaya dengan ucapanku. Alien itu pasti tengah menguasai tubuh ibu.
Memang bukan hanya kali ini saja ibu menuduh Bi Tun mencuri uang dan perhiasannya tanpa bukti. Alien itulah yang telah membuat ibu bersikap seperti ini. Pernah sekali aku melihat ibu sedang memarahi Bi Tun karena ditunduh mencuri perhiasannya, padahal aku tahu bahwa Bi Tun tidak mungkin melakukan itu, dan benar saja dugaanku, begitu aku mencari perhiasan ibu, aku menemukan perhiasan itu di tempat buah.
“Bi Tun yang sabar ya,” kataku menghampiri Bi Tun. “Jangan dimasukan ke dalam hati semua tuduhan ibu, aku percaya sama Bi Tun.”
Bi Tun mengangguk mendengarnya. “Ibu kenapa Den? Kenapa ibu sekarang berubah?”
“Tidak apa-apa,” jawabku tersenyum. “Mungkin ibu masih merasa kehilangan Nisa, nanti lambat laun ibu pasti akan kembali seperti semula lagi, kita harus sabar merawat ibu, Bi.”

***

Ibu kini juga lebih menarik diri dari pergaulan, setiap ada acara di dekat rumah, ibu selalu tidak hadir, ibu merasa tidak nyaman dengan keramaian. Ibu memilih asyik dengan dunianya sendiri, sering melamun, sering melakukan hal-hal aneh seperti memakai sepatu ke dalam kamar mandi ataupun transformasi ibu yang membuatku merasa sangat sedih adalah ibu sudah tidak mengenal beberapa tetangga yang dulu akrab dengannya.
“Ia siapa?” tanya ibu ketika beberapa tetangga datang berkunjung ke rumah kami. “Usir mereka semua, aku tidak kenal mereka, kamu harus mengusir mereka, Thom.”
“Aku Bu Narto,” kata perempuan paruh baya yang dulu sangat akrab dengan ibu. “Kita dulu sering pergi bersama, apa kau ingat?”
Ibu tampak berpikir, ibu mengamati Bu Narto dengan saksama. Selama beberapa saat ibu hanya terdiam melihat Bu Narto, hingga setelah satu menit kemudian, ibu kembali berkata bahwa ibu tidak mengenalnya.
“Aku yakin ibumu pasti akan sembuh, Thomas,” kata Bu Narto menghiburku. “Ini masalah yang wajar ketika menginjak usia senja, ibu juga dulu pernah mengalami masa sulit sepertimu, ibu hanya berpesan, sebaiknya kamu lebih bersabar merawat ibumu, anggap saja ini balasanmu sebagai anak, kamu harus ingat, ketika kamu masih kecil, ibumu juga merawatmu dengan penuh kasih sayang dan cinta.”
Aku hanya mengangguk. Aku tahu perubahan kepribadian ibu sama sekali bukan hal yang wajar, alien itulah yang memilih ibuku untuk menjadi inangnya, perlahan menghancurkan memori dan sistem tubuh ibu.
***
Seiring berjalannya waktu, alien yang menyusup ke dalam tubuh ibu semakin menguasai tubuhnya. Hari demi hari kondisi ibu semakin melemah, ibu sudah tidak mampu melakukan komunikasi dengan baik, tidak bisa berhitung dengan benar. Bahkan untuk memakai baju, ibu harus dibantu Bi Tun. Pernah terjadi dalam beberapa hari yang lalu, ibu membangunkanku pada tengah malam dan minta ditemani pergi ke tukang cukur rambut, atau pernah terjadi pada suatu malam ibu menangis dan mengatakan bahwa aku sudah tidak sayang lagi kepadanya.
Jika sudah seperti ini, terkadang aku menyesali semua waktu yang dulu terbuang begitu saja. Dulu aku tidak terlalu memerhatikan ibu, aku hanya sibuk dengan pekerjaanku, hanya adik perempuanku yang selama ini merawat ibu, dan setelah adikku meninggal, aku mengerti bahwa betapa aku sangat jahat terhadap ibu selama ini.
Dulu, ketika alien itu belum menyusup ke dalam tubuh ibu, aku sama sekali tidak pernah memperhatikan ibu, setiap kali ibu memintaku untuk pulang lebih awal hanya untuk sekadar makan malam, aku selalu menolaknya, aku lebih mementingkan makan malam dengan teman kantor daripada harus makan malam dengan ibu.
“Tidak bisakah kamu meluangkan waktu sebentar untuk ibu, Kak?” tanya Nisa kala itu. “Kak Thomas terlalu sibuk dengan pekerjaan, ibu hanya ingin makan malam bersama Kak Thomas.”
“Aku benar-benar sibuk, Nis,” jawabku setiap Nisa mengatakan hal itu. “Nanti kalau aku ada waktu pasti akan makan malam dengan kalian, kan ada kamu, aku yakin kamu bisa menemani ibu makan malam.”
“Tapi ibu ingin Kak Thomas juga ikut,” katanya lagi. “Apa pekerjaan itu tidak bisa ditunda sebentar?”
Aku menggeleng mendengarnya, mencoba pengertian adik perempuanku. “Tidak bisa, Nis, kakak harus segera menyelesaikan berkas-berkas ini, deadline-nya sebentar lagi.”
Nisa hanya menarik napas, dia tahu percuma saja memaksa jika aku sudah mengatakan bahwa pekerjaanku sangat banyak. “Baiklah kalau memang kakak sedang sibuk.”

***

Jika aku bisa memutar ulang waktu, aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan ibu versi yang dulu, bukan ibu yang versi sekarang, menjadi inang sebuah alien yang menyusup di dalam tubuhnya, menebarkan pribadi lain yang sangat berbeda dengan sosoknya yang dulu.
“Ibu di mana, Bi?” tanyaku ketika pada suatu hari Rabu aku tidak melihat ibu di rumah. “Apa dia sedang tidur siang?”
“Tadi Nyonya ada di kamar, Den,” jawab Bi Tun.
“Tidak ada di kamar kok,” jawabku lagi. “Apa ibu pergi keluar?”
“Bibi tidak tahu,” jawab Bi Tun tampak cemas. “Tadi Bibi tinggal masak sebentar, Bibi tidak tahu kalau Nyonya tidak ada di kamar.”
“Tidak apa-apa, Bi,” jawabku lagi. “Sebaiknya kita cari ibu sekarang, aku takut terjadi sesuatu yang buruk.”
Maka siang itu kami mulai melakukan pencarian, aku meminta tolong kepada beberapa warga komplek untuk ikut membantu mencari ibu. Perasaan cemas mulai membanjiri dadaku, bagaimana jika ibu tidak bisa pulang ke rumah dan tersesat entah di mana? Aku yakin alien yang ada di dalam tubuh ibu yang membuat ibu mengalami disorientasi tempat dan waktu.
Sudah hampir tiga jam kami melakukan pencarian, namun tidak ada tanda-tanda ditemukan ibu, kami sudah menyisir beberapa kawasan di luar komplek pun ibu belum juga ditemukan. Perasaan cemas kembali membanjiri seluruh tubuhku, aku tidak mau kehilangan ibu seperti aku kehilangan adik perempuanku, aku ingin membantu ibu dalam menghadapi alien yang mengambil alih tubuhnya.
“Ibu di mana?” air mataku menetes membayangkan hal terburuk terjadi dengan ibu. “Aku minta maaf karena selama ini belum menjadi anak yang berbakti.”
Den Thomas yang sabar ya,” Bi Tun menyentuh bahuku yang berguncang menahan air mata. “Bibi yakin ibu pasti bisa ditemukan.”
Aku mengangguk. Aku terus berdoa agar ibu segera ditemukan.
Menjelang malam barulah ibu ditemukan oleh seseorang warga yang mengatakan bahwa ibu berada di sebuah kawasan pabrik yang jaraknya sangat jauh dari sini. Aku tidak tahu bagaimana ibu bisa sampai ke sana, tapi aku tetap bersyukur bahwa ibu bisa ditemukan dengan selamat.
Selalu ada hikmah dari setiap cobaan yang Tuhan berikan kepada umatnya. Jika aku yang dulu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, sampai-sampai tidak ada waktu untuk keluarga, seharusnya aku sadar bahwa status ibu sebagai single parent pastilah terasa berat dalam merawat kedua anaknya, tapi apa yang aku lakukan? Aku malah lebih tenggelam dalam duniaku sendiri, tanpa pernah peduli dengan ibu.
Dan kini, aku berjanji akan selalu ada untuk ibu, memang bisa dikatakan aku terlambat menyesali semua ini. Aku yakin kekuatan cintaku kepada ibu akan menyembuhkan ibu. Setidaknya walau tubuh ibu disusupi alien yang mengambil kuasa penuh atas dirinya, aku yakin kekuatan cintaku akan membantu ibu melawan alien bernama Demensia Alzheimer.

1 komentar:

  1. Casino Review & Bonus (2021) - DrmD
    Welcome Bonus for new players! Read our 충청북도 출장샵 Casino review before 영천 출장마사지 you play. We recommend playing for 창원 출장마사지 real money and start your gambling. Learn about casino 오산 출장마사지 games, 이천 출장안마

    BalasHapus