Jumat, 05 Februari 2016

BAHAYA JIKA TERLALU BANYAK BERSELFIE


Selfie atau memotret diri sendiri sudah ada sejak jaman dulu kala. Menurut catatan sejarah, orang yang pertama kali berselfie adalah Anastasia Nikolaevna yang merupakan puteri keempat dari Tsar Nicholas II dari Rusia melakukan foto selfie dengan menggunakan kamera boks Kodak Brownie melalui sebuah cermin. 
Foto diri hasil jepretan sendiri tersebut kemudian dikirimkan kepada temannya pada tahun 1914. 
Dalam suratnya yang dikirim bersama foto tersebut puteri Nikolaevna menulis: 
"Saya mengambil foto ini menggunakan cermin. Sangat susah dan tangan saya gemetar". 
Ini dia si Anastasia Nikolaevna


Jadi sekali-dua kali selfie mungkin tak jadi soal. Lantas bagaimana dengan manusia kekinian yang keranjingan selfie dengan gaya yang semakin aneh dan terkesan berlebihan. Apa itu menandakan suatu keabnormalan?

Politisi yang juga psikiater, dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ menegaskan selfie dapat memicu munculnya gejala gangguan kepribadian seperti narsisistik dan histrinoik (caper atau ingin jadi pusat perhatian).

"Gangguan kepribadian ini bukan timbul karena yang bersangkutan sering selfie. Kemungkinan sudah terbentuk kepribadian tersebut lalu ditemukan mediumnya untuk memunculkan gejala," katanya.

Apa saja dampak selfie terhadap kesehatan mental seseorang, apalagi bila sudah sampai pada taraf keranjingan?

1. Narsis
Narsis adalah adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan.
Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis.
Seperti halnya yang dialami seorang pemuda bernama Kurt Coleman dari Australia. Hampir setiap hari ia lewatkan dengan berfoto selfie, yang kemudian ia unggah ke berbagai akun jejaring sosial miliknya, seperti Instagram dan Facebook.
Tak lupa dalam setiap fotonya, Kurt selalu memuji dirinya sendiri. "I'm in love with this photo of me, SimplyAmazing," tulisnya pada salah satu foto di Instagram saat berpose mengenakan jaket jeans atau "Aku tampan dan aku mencintai diriku sendiri."


2. Adiksi atau kecanduan.
Hal ini pernah dialami remaja asal Inggris bernama Danny Bowman, ia sangat terobsesi pada foto selfie yang sempurna. Hingga bila hasil jepretannya tak memuaskan, Danny akan frustrasi, tak mau keluar rumah dan menolak makan.

Bahkan suatu ketika remaja berusia 19 tahun itu pernah mencoba bunuh diri dengan overdosis obat. (serem ya :o)


3. Histrionik.
Mungkin belum banyak yang pernah mendengar istilah histrionik ini. Ini sebenarnya merupakan gangguan kepribadian di mana penderitanya ingin menjadi pusat perhatian. Sebagian besar penggila selfie sering diidentikkan dengan kondisi ini, tentu saja di samping narsis.
Seperti halnya yang terjadi pada wanita bernama Triana Lavey dari Los Angeles. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya terlihat cantik saat selfie. Ia pun mengaku menghabiskan uang hingga sebanyak Rp 174 juta hanya untuk operasi plastik, di antaranya implan dagu dan operasi hidung.
"Kini aku memiliki wajah yang selalu aku idamkan. Aku seperti diriku dengan versi photoshop," ujar wanita berambut brunette itu dengan bangga.


4. Body Dismorphic Disorder (BDD)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Strathclyde, Ohio University dan University of Iowa ditemukan bahwa semakin banyak wanita melakukan selfie dan mengunggahnya di media sosial, maka semakin mereka merasa insecure atau tidak nyaman dengan citra tubuhnya sendiri.
Apalagi bila kegiatan ini disambi dengan mengamati selfie teman-temannya. Karena ini akan memicu si wanita untuk membanding-bandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain, dan hal ini semakin memicu mereka untuk berpikir negatif tentang penampilannya.
"Mereka yang masih berusia muda biasanya membandingkan diri mereka dengan foto-foto orang lain di media sosial. Yang berbahaya, mereka pada akhirnya merasa bersalah jika tubuh mereka tak seperti yang mereka lihat dari orang lain di media sosial," kata peneliti Petya Eckler.


5. Eksibisionis
Eksibisionis atau kecenderungan untuk memamerkan bagian tubuh tertentu kepada orang lain bisa juga dipicu oleh kebiasaan selfie. Seperti yang terjadi pada seorang staf wanita di parlemen Swiss yang kedapatan berpose bugil di gedung parlemen lantas mengunggahnya ke Twitter.
Anehnya, ia merasa selfie bugil adalah bagian dari kehidupan pribadinya dan mengaku sering melakukannya di jam kerja. Akan tetapi dr Tun Kurniasih Batsaman SpKJ(K) dari Sanatorium Dharmawangsa mengingatkan seseorang baru bisa dikatakan mengidap eksibisionis bila ia bisa memamerkan organ intimnya ke orang lain untuk memuaskan hasrat seksualnya.
 ..
..

So... Tidak ada salahnya memang berselfie ria. Asal tahu batas-batasannya ya... Yok, selfie 







<3 <3
:v














cekrek
(abaikan yang ini) :v :v



#sumber on the spot trans 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar